Akhir-akhir ini saya dan beberapa teman pecinta kopi punya kebiasaan coffee testing. Apa itu coffee testing? sejenis kegiatan merasa, membaui, mengecap, mendefinisikan rasa dari kopi. Jadi, sudah menjadi hal yang lumrah jika salah seorang dari kami tiba-tiba mengirimkan pesan “Hei, saya baru aja dapat biji kopi Java Preanger, biji kopi blue mountain, dll kita icip-icip yuuu”. Dalam setiap ritual coffee testing, bisa jadi kami tidak hanya mencicipi satu gelas kopi saja, melainkan 3 – 5 gelas kopi dalam sehari. Efeknya? kami menyebutnya, abok time alias mabok kopi :p.
Mabok kopi yang paling mungkin kami rasakan adalah: keringat dingin, badan terasa enteng, pusing, mual, kebelet pipis, hilang nafsu tidur, asam lambung naik, dan masih banyak lagi. Hingga pada akhirnya, saya mulai harus berpikir untuk: Minumlah Kopi Sewajarnya.
Hmm, sudah setahun saya mulai menggandrungi dunia hitam ini. Tapi saya menyadari betul untuk tidak masuk kedalam kategori: Ketergantungan Kopi. Kenapa? walaupun kopi banyak manfaatnya, tapi tetap saja ada efek negatif jika dikonsumsi secara berlebihan. Dan semakin repot, saat ketergantungan kopi ini terjadi ketika saya hamil kelak. Kopi mengandung niacin karena dapat menyerap vitamin yang harusnya dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu kafein dapat mengurangi berat badan janin 21 – 28 gr per 100 mg kafein yang dikonsumsi oleh sang ibu (Sumber: BMC Medicine).
Yah intinya, untuk coffee lovers yang hobi melakukan ritual coffee testing minumlah kopi sewajarnya. Saya coba share pengalaman ya, agar tetap aman minum kopi:
1. Batas aman konsumsi kafein adalah 100-150 mg/hari, atau setara satu – dua cangkir kopi/hari. Kopi instan memiliki kadar kafein paling tinggi yaitu 2,8 – 5,0 % (pantesan saya belum bisa berdamai sama kopi instan). Kopi Arabika memiliki kadar 1,10 % sedangkan Robusta 1,48%.
2. Jika ingin melakukan coffee testing, tidak perlu meminum kopi secangkir penuh. Ambil 1 – 3 sendok makan kopi yang sudah diseduh, dan sruput. Tekniknya mirip coffee Cupping, sruput – kumur2 – telan. Jika tidak suka dengan rasanya, tidak perlu ditelan. Nah, klo sudah ketemu definisi kopi nikmat versi kita, bolehlah diminum secangkir kopi penuh.
3. Banyak minum air putih. Kafein dalam kopi membuat kita ingin terus buang air kecil, otomatis tubuh akan mengalami dehidrasi jika asupan cairan tidak seimbang. So, banyak-banyaklah minum air putih ya.
4. Makan yang cukup sebelum minum kopi. Bagi saya penderita maag, minum kopi disaat yang tidak tepat akan membuat asam lambung naik, dan maag melanda. Kopi memiliki rasa asam, hal ini muncul dari zat Quinic Acid. Tau lah ya, yang asam-asam adalah musuhnya penderita maag. Oh iya, kopi Arabika cenderung asam dibandingkan kopi Robusta. Selain rasa asam, biji kopi memiliki kandungan gas (khususnya biji kopi segar). Tips dari teman saya yang Barista, katanya biji kopi yang kita beli langsung dari petani aman untuk dikonsumsi jika disimpan terlebih dahulu selama seminggu.
5. Peka terhadap perubahan tubuh. Saya sangat percaya, saat tubuh mengirimkan sinyal yang enggak2, artinya ia berkata: “Tidaaakkk, cukup minum kopinya”. Jadi kalo udah mulai mules, pusing, badan keringetan, tandanya saya harus menyudahi ritual coffee testing.
6. Jangan menambahkan gula pada kopi yang akan di testing. Kenapa? gula akan merusak rasa alami biji kopi. Selain itu kebanyakan gula akan memicu diabetes kaan?. Dulu saya belum berdamai sama pahitnya kopi, tapi lama-lama setelah tau bahwa justru kopi sangat nikmat saat dicicipi sesuai dengan rasa alaminya, maka saya tidak lagi menggunakan gula saat menyeduh kopi. Tapi saya masih berdamai dengan penambahan susu 🙂
7. Mungkin ada yang mau menambahkan? 🙂
Selamat menjelajahi indahnya dunia hitam ini….dengan aman dan nyaman 😀