Cara Aman Minum Kopi

Judulnya Cupping dilakukan juga oleh Kang Sandro dan Kang Yudha

Coffee Testing (Foto. Hesty Ambarwati)

Akhir-akhir ini saya dan beberapa teman pecinta kopi punya kebiasaan coffee testing. Apa itu coffee testing? sejenis kegiatan merasa, membaui, mengecap, mendefinisikan rasa dari kopi. Jadi, sudah menjadi hal yang lumrah jika salah seorang dari kami tiba-tiba mengirimkan pesan “Hei, saya baru aja dapat biji kopi Java Preanger, biji kopi blue mountain, dll kita icip-icip yuuu”. Dalam setiap ritual coffee testing, bisa jadi kami tidak hanya  mencicipi satu gelas kopi saja, melainkan 3 – 5 gelas kopi dalam sehari. Efeknya? kami menyebutnya, abok time alias mabok kopi :p.

Mabok kopi yang paling mungkin kami rasakan adalah: keringat dingin, badan terasa enteng, pusing, mual, kebelet pipis, hilang nafsu tidur, asam lambung naik, dan masih banyak lagi. Hingga pada akhirnya, saya mulai harus berpikir untuk: Minumlah Kopi Sewajarnya.

Hmm, sudah setahun saya mulai menggandrungi dunia hitam ini. Tapi saya menyadari betul untuk tidak masuk kedalam kategori: Ketergantungan Kopi. Kenapa? walaupun kopi banyak manfaatnya, tapi tetap saja ada efek negatif jika dikonsumsi secara berlebihan. Dan semakin repot, saat ketergantungan kopi ini terjadi ketika saya hamil kelak. Kopi mengandung niacin karena dapat menyerap vitamin yang harusnya dibutuhkan oleh tubuh kita. Selain itu kafein dapat mengurangi berat badan janin 21 – 28 gr per 100 mg kafein yang dikonsumsi oleh sang ibu (Sumber: BMC Medicine). 

Yah intinya, untuk coffee lovers yang hobi melakukan ritual coffee testing minumlah kopi sewajarnya. Saya coba share pengalaman ya, agar tetap aman minum kopi:

1. Batas aman konsumsi  kafein adalah 100-150 mg/hari, atau setara satu – dua cangkir kopi/hari. Kopi instan memiliki kadar kafein paling tinggi yaitu 2,8 – 5,0 % (pantesan saya belum bisa berdamai sama kopi instan). Kopi Arabika memiliki kadar 1,10 % sedangkan Robusta 1,48%.

2. Jika ingin melakukan coffee testing, tidak perlu meminum kopi secangkir penuh. Ambil 1 – 3 sendok makan kopi yang sudah diseduh, dan sruput. Tekniknya mirip coffee Cupping, sruput – kumur2 – telan. Jika tidak suka dengan rasanya, tidak perlu ditelan. Nah, klo sudah ketemu definisi kopi nikmat versi kita, bolehlah diminum secangkir kopi penuh.

3. Banyak minum air putih. Kafein dalam kopi membuat kita ingin terus buang air kecil, otomatis tubuh akan mengalami dehidrasi jika asupan cairan tidak seimbang. So, banyak-banyaklah minum air putih ya.

4. Makan yang cukup sebelum minum kopi. Bagi saya penderita maag, minum kopi disaat yang tidak tepat akan membuat asam lambung naik, dan maag melanda.  Kopi memiliki rasa asam, hal ini muncul dari zat Quinic Acid. Tau lah ya, yang asam-asam adalah musuhnya penderita maag. Oh iya, kopi Arabika cenderung asam dibandingkan kopi Robusta. Selain rasa asam, biji kopi memiliki kandungan gas (khususnya biji kopi segar). Tips dari teman saya yang Barista, katanya biji kopi yang kita beli langsung dari petani aman untuk dikonsumsi jika disimpan terlebih dahulu selama seminggu.

5. Peka terhadap perubahan tubuh. Saya sangat percaya, saat tubuh mengirimkan sinyal yang enggak2, artinya ia berkata: “Tidaaakkk, cukup minum kopinya”. Jadi kalo udah mulai mules, pusing, badan keringetan, tandanya saya harus menyudahi ritual coffee testing.

6. Jangan menambahkan gula pada kopi yang akan di testingKenapa? gula akan merusak rasa alami biji kopi. Selain itu kebanyakan gula akan memicu diabetes kaan?. Dulu saya belum berdamai sama pahitnya kopi, tapi lama-lama setelah tau bahwa justru kopi sangat nikmat saat dicicipi sesuai dengan rasa alaminya, maka saya tidak lagi menggunakan gula saat menyeduh kopi. Tapi saya masih berdamai dengan penambahan susu 🙂

7. Mungkin ada yang mau menambahkan? 🙂

Selamat menjelajahi indahnya dunia hitam ini….dengan aman dan nyaman 😀

 

 

 

 

[Food Photography] Chicken Stick

Disela-sela pemotretan cover buku biografinya Mba Meyda Sefira di Wiki Coffee, Bandung. Saya Kelaparan dan memesan menu Chicken Stick. Ternyataaaah, presentasinya cantik :D. Bahagia bahagia bahagia, ditambah ada meja kayu, taplak meja cantik, dan kaca besaaar dengan cahaya yang berlimpah.

Akhirnya, punya kesempatan juga untuk motret makanan dengan bantuan cahaya dari jendela. Dadah2 ke flash. Sayang ga pake reflector2an

Chicken FingerSudah jadi kebiasaan, memotret makanan sebelum dimakan. “Flo, jangan dimakan dulu mau difoto” atau “Eh, boleh saya foto dulu ga?” atau “Eh, pesan yang beda dooong biar banyak makanan yang bisa difoto”. Teman saya sudah hafal betul. Saat makanan disajikan oleh pelayan, dia langsung bilang “Tong, mau difoto dulu ga makanannya sebelum saya acak-acak nih”. Buahahaha, jadi malu.

Ya, spontan aja. Liat makanan tertata cantik, didukung dengan dekorasi kafe yang mendukung, membuat tangan saya langsung menata makanan-makanan itu. Mengambil segala aksesoris yang ada di dalam kafe *sambil minta izin pastinya*, kembali menata dan memotret kaya orang kesurupan, hahaha.

Jadi kapan saya bisa motret makanan sendiri di rumaaah? kasihan kafe-kafe yang saya kunjungi dan saya acak-acak T_T.

Foto. Flo

Menata makanan orang di Wiki Coffee. (Foto. Flo)

Yellow Truck, Ngopi Langsung dari Roasternya

Yellow Truck

Coffee shop jadi tempat ngopi itu biasa. Klo coffee shop sekaligus jadi tempat me-roasting kopi, itu baru luar biasa. Ya, begitulah Yellow Truck menampakkan dirinya. Ini kali pertama saya menginjakkan kaki di sebuah bangunan yang terletak di Jalan Pajajaran 6A Bandung.

Yellow Truck 3Rumah mungil dengan halaman yang luas, semua tempat difungsikan dengan baik. Jejeran meja dan kursi menyesaki halaman, terlihat orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, sambil minum kopi. Bangunan rumah difungsikan sebagai coffee bar, etalase produk coffee beans dari KOPIKU, kantor, daaaan ruangan untuk me-roasting biji kopi.

Yellow Truck 5

Yellow Truck 2

Yellow Truck lebih mirip laboratoriumnya para pecinta kopi. Bayangkan serunya minum kopi sambil menyaksikkan mesin roasting Diedrich, me-roasting biji-biji kopi yang akan kita minum. Konsumen juga diizinkan untuk mencicipi biji kopi segar yang baru selesai diroasting.

Cerita punya cerita, ternyata Yellow Truck adalah salah satu coffee shopnya PT KOPIKU Indonesia. KOPIKU Indonesia merupakan perusahaan yang fokus mengembangkan para petani kopi di daerah Jawa Barat, Sumatera Utara dan NTT. Menjadikan para petani sebagai partner untuk menghasilkan biji-biji kopi berkualitas.

Ok, balik lagi ke Yellow Truck. Sesaat setelah kami duduk, Mas Irman (Barista Yellow Truck. red) menyapa dengan ramah sambil bilang “Mau kopi apa hari ini?, nyobain Arumanis ya dibrewing pake V60. Gimana?” Wah menarik, setelah kemarin saya mencicipi kopi beraroma dan berasa nangka. Sekarang saya akan mencoba kopi beraroma dan berasa Arumanis. Yatta, ga sabar. Sigap, Mas Irman menata alat-alat seduhnya. V60, timbangan, filter, air hangat 90 derajat, dan biji kopi Arabika Pacet yang difermentasi. Menyeduhnya, dan menyajikannya.

Yellow Truck 10

Yellow Truck 8

Mas Irman menuangkan kopi ke gelas kami, dilanjut mendefinisikan rasa

Mas Irman menuangkan kopi ke gelas kami, dilanjut mendefinisikan rasa

Aroma kopinya belum muncul, rasanya juga masih asam biasa. Setelah didiamkan agak lama, aromanya mulai muncul, tapiii rasanya bikin saya bingung. Antara arumanis dan nangka #eaaaa, ini hidung dan lidah saya yang lagi kacau kayanya. :'(.

Beberapa lama setelahnya, Mas Irman membawa secangkir kecil kopi “Nih gratis, cobain deh Gayo Arabika, coba tebak rasanya” Woooow, akhir-akhir ini saya bertemu dengan coffee shop baik hati yang suka kasih-kasih kopi gratisan :p. Gayo Arabika. Rasa asam lemon dengan pahit yang cukup menonjol juga. Yum. Ah, kata saya juga apa, kopi itu bukan cuma PAHIT. Banyak rasa yang mereka munculkan. Penasaran? cari coffee shop dan Barista yang mau berbagi ilmunya denganmu, maka rasakan serunya menyelami dunia hitam ini. 🙂

Yellow Truck 4

HR61, Kopi Termahal Ketiga Sedunia

Mereka justru menghargai filosofi, sejarah, dan kisah dibalik biji-biji kopi itu

HR-61 Colombia Proud Mary. The Third most expensive coffee at the universe

HR-61 Colombia Proud Mary. The Third most expensive coffee at the universe

Masih ditempat yang sama (Chez Moka. red), di hari yang sama dan jam yang semakin larut. Setelah saya menghabiskan 1 cangkir cafe latte, dan 1 cangkir kecil produk uji cobanya Kang Sandro (Java Preanger, hasil sangraian sendiri). Setelah Kang Sandro mulai mabok kopi. Setelah Kang Aat menghabiskan 1 cangkir affogato, 1 cangkir kecil Java Preanger, dan entah berapa cangkir kopi yang beliau habiskan dirumahnya. Setelah Flo mulai melayang-layang karena sukses minum 1 cangkir Black Hole, 1 gelas Lattegato, 1 cangkir kecil Java Preanger.

Dengan kejamnya, Kang Acek bercerita tentang: HR-61, kopi termahal ketiga sedunia. Tangannya tiba-tiba mengambil setoples kecil kopi berjudul: HR-61 | Colombia | Proud Mary. HR-61 adalah produk yang dikeluarkan oleh roaster Australia Proud Mary. Biji kopinya didapatkan dari Colombia. Apa yang membuat HR-61 menjadi yang termahal ketiga di dunia? effortnya.

Bayangkan, dari satu perkebunan kopi Colombia yang terdiri dari banyak pohon kopi itu. Masing-masing pohon kopi akan diuji rasa dan aromanya. Hanya 1 pohon kopi terbaik yang masuk klasifikasi HR-61. Konon kabarnya, Proud Mary mengeluarkan HR-61 hanya 3 tahun sekali dengan jumlah amat sangat terbatas.

Chez Moka hanya memiliki satu kaleng kopi HR-61 Proud Mary. Itu juga udah mau habis. Untuk 200ml kopi, dihargai Rp 100.000,00. Woooow. Antara kasihan perut, kasihan dompet dan penasaran tingkat tengkulak yang semakin menjadi-jadi setelah menghirup aroma biji kopinya.

Duit hasil sumbangan untuk yang fakir kopi

Duit hasil sumbangan untuk yang fakir kopi

Jadilah, kami sepakat untuk patungan. Ya ampun, fakir kopi banget.

Kang Acek, menyarankan untuk diseduh dengan Cemex. Konon katanya, rasa dari HR-61 akan keluar dengan optimal. Singkat, beliau langsung menyiapkan segala peralatan ritual menyeduh kopi ini. Kami-pun deg-degan dengan lebaynya. Semua berlangsung khidmat.

Menyiapkan filter dan Cemex

Menyiapkan filter dan Cemex (Foto. Sandro)

Menimbang biji kopi yang akan diseduh (Foto. Sandro)

Menimbang biji kopi yang akan diseduh (Foto. Sandro)

Menggiling kopi. Walau bagaimanapun kopi yang baru digiling tetap yang terbaik

Menggiling kopi. Walau bagaimanapun kopi yang baru digiling tetap yang terbaik (Foto. Sandro)

Suurrrr, air hangat di siram perlahan mengelilingi kopi yang sudah digiling. Tunggu 30 detik untuk ekstraksi, dan aromanya menyebar ke seluruh ruangan, bertarung dengan asap rokok *ah ngeganggu aje*. Seduh lagiiiii….menetes perlahan, dan siap disajikan.

Saatnya meyeduh kopi

Saatnya meyeduh kopi (Foto. Sandro). Akhirnya gue in frame juga 😀

Tetes demi tetes

Tetes demi tetes (Foto. Sandro)

Siap diminum

Siap diminum

Secangkir kopi HR-61 tepat dihadapan kami *lebay amat sih gueee*. Prosesi cupping dimulai.

Tahap 1. Sruput

Tahap 2. Kumur-kumur, biarkan kopi menyebar diseluruh rongga mulut

Tahap 3. Glek

Huah, asam-asam semriwing yang unik gimana gitu, nojos langsung ke penjuru mulut. Setelah ditelan, menyisakan sedikit rasa manis dan asam yang lembut. Beberapa kali teguk, barulah saya menebak-nebak. Aroma dan asamnya mendekati rasa Blackberry. Unik dan berkesan.

[FYI] Indonesia patut bangga, karena kopi termahal pertama adalaaaah: Kopi Luwak. Dan sekedar bocoran. Tanggal 16 – 18 Mei 2013 mendatang, akan diadakan Festival Kopi Internasional di Melbourne. Konon, Kopi Sunda Hejo akan membawa produk unggulannya yang diberi nama “Srigalung” (klo ga salah denger). Srigalung ini diprediksi akan menjadi kopi termahal di dunia.

Penasaran kan, saya nanya deh ke Mas Alfin (seseorang yang sukses memborong Proud Mary dari Australia tahun lalu) tentang apa yang membuat kopi dihargai mahal?

Beliau menjawab: Effortnya. Orang barat minum kopi bukan cuma sekedar rasa. Mereka justru menghargai filosofi, sejarah, dan kisah dibalik biji-biji kopi itu. Nah, Srigalung ini adalah biji kopi kualitas terbaik yang diseleksi manual menggunakan tangan.

Hidup kopi Indonesiaaaaaaa. Hah makin penasaran buat blusukan ke kebun-kebun kopi. Ngicipin specialty coffee, memetakan rasa dan memperkaya perbendaharaan rasa.

 

Chez Moka, Brewing Drinking & Discussing

“Niat pendirian Chez Moka ini memang untuk berbagi ilmu kok mba” kata Mas Ardi, salah satu Barista Chez Moka

chez moka-1-10b

Kang Sandro, teman saya yang memiliki kegilaan yang sama pada kopi, pernah merekomendasikan coffee shop Chez Moka untuk disambangi. Kami memiliki kesamaan dalam memandang ritual ngopi. Bukan sekedar untuk nongkrong, ataupun gaya-gayaan biar dibilang nge-hits dan gahol. Melainkan untuk mempelajari keunikan, dan karakter biji hitam ini. Maka, kami-pun memiliki kriteria tertentu untuk memilih coffee shopApa itu? coffee shop menyajikan specialty coffeedan yang paling penting: memiliki Barista yang siap berbagi ilmu tentang kopi kepada para konsumennya.

Dan inilah saya, duduk manis di Chez Moka bersama dengan 3 orang teman saya (Flo, Kang Sandro dan Kang Aat). Coffee Shop yang baru berusia 4 bulan (klo ga salah) ini, beralamat di Sawunggaling no.2 Bandung, dekat dengan UNISBA. Sang owner bernama Kang Cipi.

chez moka-1-7a

Ruangannya tidak terlalu luas. Hanya ada 4 meja kecil dan satu meja panjang khas mini bar tepat berhadapan dengan coffee bar. Meja panjang ini memungkinkan kita menikmati kepiawaian sang barista dalam menyajikan secangkir kopi dan memungkinkan konsumen berinteraksi serta berdiskusi dengan sang barista tentang kopi yang dipesannya. Sementara ini, cuma Chez Moka yang mengizinkan konsumen bebas meracik kopinya sendiri, seperti di dapur pribadi. Untuk orang baru kaya saya, niscaya bingung membedakan mana Barista legal, mana Barista ilegal :p. No Problemo, ga mengganggu kok, justru seru abis.

Eksperimen, nyeduh kopi Java Preanger yang disangrai sendiri oleh Kang Sandro

Eksperimen, nyeduh kopi Java Preanger yang disangrai sendiri oleh Kang Sandro

Kang Acek menyiapkan kopi

Kang Acek menyiapkan kopi

Tetesan crema yang cantik dari campuran 4 kopi arabika

Tetesan crema yang cantik dari campuran 4 kopi arabika

Seperti biasa, saya memesan cafe latte. Sambil jeprat-jepret, saya menikmati bunyi grinder saat menggiling biji kopi. Menikmati aroma kopi yang muncul saat digiling. Menikmati bunyi mesin espresso. Menikmati tetesan crema dalam secangkir espresso. Menikmati suara susu yang difrothing. Dan menikmati kepiawaian barista dalam membuat latte art. Tadda, secangkir cafe latte indah siap dinikmati dan dihayati. [FYI] Caffe latte yang saya nikmati ini full arabika loh (jarang2). Campuran dari Arabika Papua, Mandheling, Toraja dan Enrekang. Unik, rasa asam yang kaya tapi tetap ada rasa pahit yang tak bersisa. Nyum.

chez moka-1-4a

Secangkir Cafe Latte seharga Rp 20K

Flo, ga mau kalah. Kang Acek (barista Chez Moka, 3 tahun menggeluti dunia kopi) mendatangi kami, dan mengusulkan untuk memesan menu Black Hole. Black hole, minuman dengan tiga lapis. Simple syrup + es, perasan Lime, dan one shoot espresso. Tak lama, secangkir Black Hole dataaaang. Kang Acek tak segan duduk bersama kami, sambil menjelaskan bagaimana cara menikmati salah satu minuman yang bertuliskan “Barista Signature” ini.

Black Hole. Bassic espresso, perasan jeruk lemon, simple syrup, dan es

Black Hole. Bassic espresso, perasan jeruk lemon, simple syrup, dan es. Harga Rp 18K

“Minum setengah dulu, sisain setengah espressonya dan simple syrupnya. Baru setelahnya minum habis semuanya”

Flo meng-aamiini. Glek pertama dan glek kedua, diiringi muka dia yang lebay ga karuan sambil teriak “Aaaak, kang rasanya unik bangeetttt, ada dua sensasi rasa. Pahit, asam segar khas Lime. Setelahnya dibilas sama rasa pahit, asam segar, dan manis dingin dari simple syrup”.

Ternyataaa, Black Hole ini murni racikan Kang Acek sendiri, saat mengikuti IBC (Indonesian Barista Competition) 2013 lalu. Konon, beliau terinspirasi dengan sensasi rasa asam khas Bali Arabika. Lewat uji coba panjang, akhirnya ramuan ini tercipta juga dengan komposisi rasa yang unik (sempet nyicipin sisanya :p ).

Sambil terus menikmati kopi, kami bercerita ngalor ngidul tentang kopi. Berdiskusi tentang segala pengalaman Kang Acek selama menjelajahi dunia perkopian. Mendapati fakta-fakta menarik yang bikin saya makin kagum sama biji hitam ini. Bayangin ya, untuk jenis kopi Java Arabika aja kita akan mendapati rasa yang berbeda di setiap daerahnya. Kopi Garut yang rasanya khas nangka, Java Preanger yang asam-asam gimana gitu dan menyisakan manis yang unik di lidah setelah meminumnya, kopi Cibubur, Lembang, Pangalengan, Malabar dan banyaaaak lagi. Setiap daerah punya rasanya sendiri. Beda ketinggian beda rasa, beda tanah beda rasa, beda air tanah beda rasa, beda penanganan beda rasa, beda lama penjemuran beda rasa, beda lama roastingan beda rasa. Jadi kata siapa kopi cuma punya rasa PAHIT? :p

Secangkir Affogato, yang selalu gagal saya foto

Secangkir Affogato, yang selalu gagal saya foto. Harga Rp 25K

Apalagi yang seru dari Chez Moka? 

“Niat pendirian Chez Moka ini memang untuk berbagi ilmu kok mba” kata Mas Ardi, salah satu Barista disana. Niat inilah yang [mungkin] membuat mereka tak segan berbagi ilmu dan berbagi kopi gratisan :p. Bukan kopi milik perusahaannya, tapi kopi milik pribadi sang barista. Mereka menawarkan pada konsumen untuk menikmati kopi milik sang barista  secara cuma-cuma. Saya termasuk yang beruntung, sempat mencicipi uniknya Kopi Garut yang dibawa oleh Mas Ardi, tentu saja secara cuma-cuma :D.

So, klo kamu pengen tau lebih dalam tentang kopi atau pengen nyeduh kopi sendiri berasa di dapur rumah sendiri. Datang ke Chez Moka ya 🙂

Aku Masih Sangat Hafal Nyanyian Itu

Dulu saya pernah dengar puisi ini sekilas di Youtube. Dibuat dan dibacakan oleh Gus Mus dalam rangkaian “Membaca Indonesia”. 21 Juli 2013, dalam rangka Pameran Anak Merapi yang diadakan oleh komunitas fotografi tOekangpoto. Hidayat Nurwahid kembali membacakannya. Saya berkaca-kaca membaca makna dibalik puisi ini…hiks, jadi pengen bacain puisi ini juga T_T

Foto. Google

Foto. Google

AKU MASIH SANGAT HAFAL NYANYIAN ITU

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri

Aku masih sangat hafal nyanyian itu
Nyanyian kesayangan dan hafalan kita
bersama
Sejak kita di sekolah rakyat
Kita berebut lebih dulu
menyanyikannya
Ketika anak-anak disuruh
Menyanyi di depan klas
satu-persatu
Aku masih ingat betapa kita gembira
Saat guru kita mengajak
menyanyikan lagu itu
bersama-sama

Sudah lama sekali
Pergaulan sudah tidak
seakrab dulu
Masing-masing sudah terseret kepentingannya sendiri
Atau
tersihir pesona dunia
Dan kau kini entah di mana
Tapi aku masih sangat
hafal nyanyian itu, sayang
Hari ini ingin sekali aku menyanyikannya
kembali
Bersamamu

Indonesia
tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Selalu
dipuja-puja bangsa
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan
bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup
mata

Aku merindukan rasa haru dan iba
Di tengah kobaran kebencian
dan dendam
Serta maraknya rasa tega
Hingga kini ada saja yang mengubah
lirik lagu
Kesayangan kita itu
Dan menyanyikannya dengan nada
sendu

Indonesia tanah air
kita
Bahagia menjadi nestapa
Indonesia kini tiba-tiba
Selalu
dihina-hina bangsa
Di sana banyak orang lupa
Dibuai kepentingan
dunia
Tempat bertarung merebut kuasa
Sampai entah kapan
akhirnya

Sayang, di manakah kini kau
Mungkinkah kita bisa menyanyi
bersama lagi
Lagu kesayangan kita itu
Dengan akrab seperti
dulu

Rembang, 2000

Senyum Manis Sloth

Pertama kali jatuh cinta sama hewan ini, sejak baca buku Life Of Pi. Di halaman pertama sempat disinggung tentang Pi Patel (atau penulisnya ya *lupa*) yang habis meriset Sloth. Disana Sloth digambarkan sebagai makhluk lambat, saking lambatnya, pernah ditemukan sloth yang jatuh karena batang tempatnya bergelantung sudah membusuk, ia masih berada diposisi yang sama (bergelantungan disisa batang) dan disadari ternyata ia jatuh sudah sejak malam harinya.

Sloth hidup di hutan hujan Amerika Tengah dan Selatan. Ia adalah mamalia terlambat di dunia, sehingganya algae bisa tumbuh subur di tubuhnya. Algae ini justru membantu Sloth berkamuflase di tengah pepohonan. Sloth menghabiskan seumur hidupnya di atas pohon, bergelantungan dari satu batang ke batang lainnya menggunakan kukunya yang panjang.

Ada dua jenis Sloth di dunia. Sloth berkuku 2 dan berkuku tiga. Hidup sloth hampir sebagian besarnya diisi dengan tidur. Waktu tidur Sloth bisa sampai 20 jam setiap harinya.

Ditengah segala kemalasannya, kelambatan geraknya, ada satu hal yang saya suka dari hewan satu ini: Senyumnya yang maniiiissss

Sloth kecil, (Sumber. Google)

Sloth kecil, (Sumber. Google)

Berkelana ke Pulau Pari

Selamat datang dan jalan di Pulau Pari

Selamat datang dan jalan di Pulau Pari (Foto. Mas-mas Pulau Pari)

Saudara, sesungguhnya perjalanan yang berkesan bisa muncul karena 3 hal: perjalanannya indah, perjalanannya konyol dan bodoh, perjalanannya hancur dan carut marut. Dan, inilah saya anak pantai yang lebih senang sama suasana pegunungan dan sungai ketimbang suasana pantai. Menjebakkan diri bersama anak-anak (yang saya claim) komunitas Toekang Poto untuk menikmati perjalanan ke Pulau Pari, Kepulauan Seribu.

Pagi-pagi buta sudah duduk manis di atas angkot menuju Muara Angke, naik perahu kayu besar. Saya sempat khawatir mempermalukan diri sendiri oleh sebab mabok laut. Wajar saja, seingat saya, terakhir kali naik kapal laut adalah waktu SD. Naik di lantai 2 perahu kayu, dan dengan suksesnya terbakar oleh sinar matahari yang terik. Perjalanan laut dari Muara Angke menuju Pulau Pari ditempuh selama 2 jam.

Kepanggang di tengah laut kaya Pi dalam film Life of Pi atau ikan asin?

Kepanggang di tengah laut kaya Pi dalam film Life of Pi atau ikan asin?

Apa rencana saya di Pulau Pari?

Selain pengen banget ngerasain snorkeling (padahal ga jago amat renang), ceritanya saya ingin menantang diri untuk menjelma  menjadi seorang Landscaper. Ini adalah ambisi yang muncul, setelah foto landscape saya di Pantai Siung, dengan suksesnya dicela oleh anak-anak Toekang Poto. “Ini foto pake kamera hape ya?”, begitulah mereka berkata semena-mena :p. Ya gitu deh, saya ga pernah dapet mood untuk motret Landscape.

Jadilah, karena begitu niatnya menjelma menjadi seorang Landscaper, maka saya siapkan segala alat fotografi yang menunjang kegiatan saya di Pulau Pari. Yah kebayang lah, motret pantai itu klo ga motret senja dan sunrise di pantai ya motret ombak dan awan. Beberapa suhu Landscape Toekang Poto, menaruh harapan lebih pada saya. Ada yang bilang “Udah ganti hobi aja kalo ga dapet foto bagus”. Ah, beban mental.

Ok, karena (lagi2) saya akan memotret di PANTAI, dan tragedi Siung cukup memberikan banyak pelajaran, maka saya akan lebih mempersiapkan segala sesuatunya,  agar tragedi itu ga perlu terulang lagi (udah tinggal kamera satu-satunya). So, berikut adalah barang yang saya bawa:

1. Tripod, karena untuk memotret ombak yang halus seperti kapas, kita akan menggunakan teknik slow speed. So, tripod sangat membantu untuk mengurangi efek goyang.

2. Lensa dengan sudut lebar. Yah, sebagai penganut fix lens 50 mm. Akhirnya saya minjem juga lensa 18 – 55 mm ke teman. Kenapa ga wide? ribet bawanya, kegedean. Sudut 18 mm juga cukup lebar kok.

3. Blower, pembersih lensa. Untuk membersihkan lensa dari kemungkinan terciprat air laut yang kejam itu

4. Dry Bag. Walaupun dia ngeberatin tas, tapi sungguh sangat bermanfaat untuk melindungi barang elektronik, khususnya kamera kita dari kemungkinan tercemplung ke air (dan sekali lagi ini air laut brooo, Olympus saya aja udah berbulan-bulan ketahan di ICU gara-gara nyemplung ke air laut).

5. Kain kering berukuran cukup besar. Kain ini efektif untuk menghindari kontak langsung antara tangan yang masih basah kena air laut dengan body kamera.

6. Dan ingat, buatlah bawaan kita sepraktis mungkin. 1 tas gendong dan maksimalnya 1 tas selempang untuk membawa kamera.

Di Pulau Pari

Saya ke Pulau Pari menggunakan jasa travel. Cukup membayar Rp. 290.000 (untuk rombongan di atas 10 orang), kita sudah mendapatkan fasilitas: perahu pulang pergi, guest house nyaman dengan kipas angin, tv dan kasur, sepeda untuk jalan-jalan di Pulau Pari, snorkeling, makan 3x, kamera underwater, tour guide, barbeque dan perahu untuk snorkeling.

Detik-detik menjelang Snorkeling (Foto. Suci Putri Asmara)

Detik-detik menjelang Snorkeling (Foto. Suci Putri Asmara)

Sampai di Pulau Pari pukul 11.00, disambut dengan teriknya matahari, bau laut, orang-orang salah kostum yang memadati pantai, wisatawan yang ga ngerti gimana cara jaga lingkungan, dan es kelapa muda. Sampai di guest house, makan siang sejenak dan dilanjutkan agenda: Snorkeling. Selain takut ketinggian, saya juga takut air laut (itu kenapa saya males mandi :p). Tapi khusus untuk menjajal snorkeling saya berani-beraniin diri. Plung, akhirnya saya nyemplung juga ke laut. Sempet kagok juga pake pelampung, karena dia justru bikin gerakan saya ga teratur, alih-alih gaya batu, saya justru dipaksa untuk pake gaya nyungsep. Sempet bikin glagapan dan dengan suksesnya menenggak beberapa teguk sop air laut yang keasinan. Huah, untung saya pernah belajar sedikit tentang kekuatan men-sugesti diri. Jadilah, dalam tempo sesingkat-singkatnya, saya mampu menenangkan diri dan mengendalikan posisi tubuh agar normal.

Akhirnya, nyemplung juga

Akhirnya, nyemplung juga (Foto. Juli)

Ini kali pertama saya memandang, dan menyaksikkan lukisan Allah di dasar lautan. Indaaaaah banget, berkali-kali saya hanya bilang Subhanallah, sambil berteriak-teriak “Arrrggghhhhhh, nyesel ga jadi minjem kamera underwater punya temeeeennnn”. Ya gitu deh, ternyata kami ga kebagian kamera underwater (maklum, padat wisatawan). Yaaah, pokoknya sebel sih. Tapi hikmahnya adalah, saya disuruh balik lagi ke Pulau Pari tampaknya.

Selanjutnya, kami pergi ke Pulau Tikus. Saya juga ga ngerti kenapa dia disebut Pulau Tikus. Saya memisahkan diri dari rombongan, mulai bertapa untuk memotret deburan ombak *ceritanya*. Sempet ngeri juga, megang kamera dalam kondisi tubuh basah kuyup oleh air laut. Setelah cuci tangan pake air tawar barulah saya berani untuk pegang kamera. Meletakkan kamera di atas Tripod dan mencari spot yang bagus. Sampai disini, saya makin sebel. Kenapa? karena ga ada ombaaaaakkkk, dan langitnya datar. Saya coba foto ombak kecil yang menyapu ranting, dan hasilnya: Over Exposure parah. Semua ini disebabkan oleh saya ga bawa filter GND ataupun CPL, daaan ngerinya, lensa teman saya ga dipasangin filter UV juga T_T.

Setelah gagal dengan suksesnya untuk memotret deburan ombak. Hari itu saya masih punya harapan untuk mengejar Sunset. Memacu sepeda dengan sekuat tenaga, dan sesampainya di Bukit Matahari, saya mendapati langit yang mendung tanpa sunset. *Pingsan*

Senja yang tersisa di Pulau Pari

Senja yang tersisa di Pulau Pari

Malam harinya, kami serombongan ceritanya akan menerbangkan beberapa lampion yang sengaja kami bawa dari Jakarta, dan sengaja juga kami pesan langsung dari Semarang. Tapi, selain Pulau Pari mendadak mati lampu, ternyata, hujan pun turun dengan derasnya. Rencana Barbeque dan Menerbangkan lampion gagal dengan suksesnya. Yang sukses hari itu hanyalah: Sukses tiduuuur dengan lelapnya.

Pagi hari, saatnya mengejar Sunrise. Bangun pagi-pagi, melihat ke luar jendela, dan ternyata: Mendung. Sunrise-pun tak datang hari ini. Aaaarrgghhh. Memacu sepeda ke Pantai Perawan. Berniat memotret ombak, daaan, tak ada ombak. Lautnya dangkal, dan tenang.

Namun, ditengah kegagalan memotret landscape. Mood saya kembali terbangun saat melihat anak-anak Pulau Pari yang dengan senangnya menjadi pendayung perahu di Pantai Perawan. Lagi-lagi, memotret orang justru lebih menyenangkan daripada memotret Landscape *alesan*. Ceritanya bisa dilihat disini.

2 hari yang berkesan karena kekonyolannya. Senang bertemu teman-teman baru yang bahkan dihari pertama perjumpaannya sudah berbincang serius tentang Upil dan Kentut. Salam cinta dan damai, esok atau lusa kita kembali lagi :p. *Remediaaaalll*

Tadda..dadah2 Pulau Pari, kita ketemu lagi (Foto. Suci Putri Asmara)

Tadda..dadah2 Pulau Pari, kita ketemu lagi (Foto. Suci Putri Asmara)

Pameran Foto Karya Anak Merapi

Jadi begini, kenapa akhir-akhir ini saya jarang upload lagi foto makanan dan berbagi tips tentang motret makanan. Itu semua disebabkan oleh saya yang mendadak terjebak dalam sebuah kepanitiaan di komunitas fotografi Toekang Poto *alesaaaaan* :p.

Iya, jadi ceritanya saya dan teman-teman di komunitas itu mau bikin sebuah pameran yang memamerkan foto-foto hasil jepretan anak-anak penyintas (survivor) erupsi Merapi pada tahun 2010. Lah? kok komunitas fotografi malah bikin pameran foto jepretan anak-anak sih? gimana sejarahnya?.

Jadi begini, setelah saya banyak mendengarkan awal mula terbentuknya komunitas ini. Ternyata, kemunculannya tak lepas dari musibah erupsi gunung Merapi yang menimpa warga Sleman dan sekitarnya. Loh? yup, segelintir orang yang punya hobi motret tergerak untuk datang ke sana, membantu mendokumentasikan erupsi Merapi. Laaaah, yang lain kena musibah, bukannya bantu evakuasi kok malah motret-motret? eits, dokumentasi juga penting loooh.  Saat yang lain sibuk evakuasi, maka seorang fotografer bertugas mengabadikan situasi itu untuk dikabarkan kepada khalayak ramai. Agar apa? agar yang lainnya ikut tergerak membantu, dengan apa yang mereka bisa.

Ga hanya disitu kerja2 relawan dokumentasi ini. Pasca erupsi, mereka menerapkan sejenis metode yang bernama Photo Voice untuk sedikitnya membantu anak-anak penyintas erupsi Merapi bangkit dari trauma akan musibah. Nah, Photo Voice ini memanfaatkan ilmu fotografi untuk merekam “emosi” mereka secara jujur. Jadi, anak-anak diajarkan sedikit teknik fotografi, kemudian diajak untuk memotret apapun yang paling mewakili perasaan mereka saat itu. Daaaan, hasil foto inilah yang akan dipamerkan dalam: Pameran Foto Karya Anak Merapi “Belajar dari Mereka”. Jadiiii, dateng kesono yuuukkk, ya kali mau ketemu sayah :p.

Tanggal: 17 – 21 Juli 2013, 13.00 – 21.00 di Blok M Plaza

Info lebih lengkap klik disini

POSTER PAMERAN copy lowres

 

Video Pameran Foto Karya Anak Merapi

Toekang Poto proudly present:

Pameran Foto Karya Anak Merapi “Belajar dari Mereka”
17 – 21 Juli 2013 | 13.00 – 21.00 | Blok M Plaza, Jakarta

Rangkaian Acara:
1. Rabu, 17 Juli 2013 | 16.00 – 18.00
Pembukaan Pameran oleh Salim Segaf Al-Jufri* (Mensos RI)

2. Kamis, 18 Juli 2013 | 16.00 – 18.00
Talk Show “Terapeutik Fotografi” oleh Ruli Renata

3. Jumat, 19 Juli 2013 | 16.00 – 18.00
Panggung Kreasi Anak “Belajar dari Mereka”

4. Sabtu, 20 Juli 2013 | 13.00 – 15.00
Talk Show “Fotografi Kebencanaan” oleh Agus Suanto* (Kompas) & Mai Warman (tOekang poto frame Jogjakarta yang terjun dalam dokumentasi bencana)

5. Minggu, 21 Juli 2013 | 13.00 – 18.00
Penutupan dan Lelang foto karya anak Merapi | Talk Show Anak Merapi | Puisi Tokoh oleh Hidayat Nur Wahid*

cp. 0838 – 614 – 58699 (www.toekangpotoid.wordpress.com)

tOekangpoto Indonesia

Kami datang pada masa itu semata-mata ingin berbagi kebahagiaan dengan anak-anak Merapi. Mengabadikan situasi pada saat Merapi erupsi merupakan pengalaman yang sangat berharga. Betapa kita tak pernah tahu kapan Tuhan akan memanggil kita.

Namun, di tengah segala “kengerian” itu, Tuhan tetap titipkan asa pada kami, pada mereka. Secercah senyum yang masih dapat diusahakan, buah dari sabar dan syukur.

Belajar dari Mereka…..

Pameran Foto Karya Anak Merapi
17 – 21 Juli 2013
Blok M Plaza

hadirmu adalah senyum untuk mereka 🙂

View original post