Food Photography “From Snapshots to Great Shots”

food photography

Sejenis kesasar di toko buku Books and Beyond, sambil nunggu teman sambil liat-liat jejeran buku di rak Photography. Aaaah mata saya selalu berbinar klo liat jejeran buku indah ini. Dan semakin berbinar saat melihat 3 buah buku bertema “Food Photography”. Di Indonesia buku-buku bertema Food Photography masih terbatas banget. Seingat saya, baru Mba Riana Ambarsari, dkk yang pernah nulis buku tentang Food Photography (CMIIW).

Kembali ke jejeran buku berbahasa Inggris itu, setelah saya lihat-lihat, dan saya bandingkan masing-masingnya maka pilihan jatuh ke buku Food Photography “From Snapshots to Great Shots” karangan Nicole S. Young. Harganya cukup Rp 239.000 saja, mendadak bangkrut :p. Tapi perasaan saya bahagia aja, ga ada rasa menyesal seperti saat saya beli baju di bulan Ramadhan kemarin hahaha.

Buku ini asli keren, pembahasannya lengkap, dan bahasanya mengalir, mudah dipahami (kaya gue bisa B.Inggris aje, hahaha). Terdiri dari 7 Chapter. Chapter 1 berbicara tentang Photography Fundamentalsbahasannya ga jauh-jauh dari fotografi dasar kaya WB, Aperture, Shutter Speed, ISO, dkk. Chapter 2 berbicara tentang Photography Equipment, bahasannya tentang kamera digital, lensa (termasuk lensa apa yang pas untuk food photography), focal length, tripod dan aksesoris lainnya serta lighting equipment.

Chapter 3 bicara tentang Lighting, sejenis membahas natural light ataupun artificial light gitu, dibuku ini juga banyak ditampilkan ilustrasi penempatan reflector saat kita motret dengan bantuan cahaya alami. Chapter 4 adalah bagian yang paling saya sukaaa, membahas tentang Styling & Props. Chapter 4 bicara tentang dasar Food Styling, intinya  tentang bagaimana menata, dan menampilkan makanan agar semakin cantik untuk difoto.

Chapter 5 membahas tentang Framing & Compositionbicara bagaimana kita menemukan keseimbangan pada foto makanan kita, DOF, dll. Chapter 6, Processing Images With Adobe PhotoshopChapter 7 Behind the Scenes, kita diajak untuk meneliti dan memahami food photography from start to finish. Dari mulai styling makanan, menata property, mempersiapkan lighting, sampai postprocessing. Yang bikin seru, setiap step by stepnya dilengkapi dengan foto.

Oh iya, disetiap pembuka Chapter ada 1 foto makanan besaaar banget, disana penulis melakukan bedah foto. Dari mulai, lighting yang dipakai, membahas food presentation-nya, dll. Dan, yang paling keren adalah…ada tantangan disetiap chapternya, ditujukan untuk pembaca. Ok, beberapa waktu kedepan, mungkin blog ini bakal saya penuhi dengan berbagai macam bahasan tentang tantangan ini yaaa. Doakan saya ga moody :p #FoodPhotoChallenge Yoshaaa

[Food Photography] Chicken Stick

Disela-sela pemotretan cover buku biografinya Mba Meyda Sefira di Wiki Coffee, Bandung. Saya Kelaparan dan memesan menu Chicken Stick. Ternyataaaah, presentasinya cantik :D. Bahagia bahagia bahagia, ditambah ada meja kayu, taplak meja cantik, dan kaca besaaar dengan cahaya yang berlimpah.

Akhirnya, punya kesempatan juga untuk motret makanan dengan bantuan cahaya dari jendela. Dadah2 ke flash. Sayang ga pake reflector2an

Chicken FingerSudah jadi kebiasaan, memotret makanan sebelum dimakan. “Flo, jangan dimakan dulu mau difoto” atau “Eh, boleh saya foto dulu ga?” atau “Eh, pesan yang beda dooong biar banyak makanan yang bisa difoto”. Teman saya sudah hafal betul. Saat makanan disajikan oleh pelayan, dia langsung bilang “Tong, mau difoto dulu ga makanannya sebelum saya acak-acak nih”. Buahahaha, jadi malu.

Ya, spontan aja. Liat makanan tertata cantik, didukung dengan dekorasi kafe yang mendukung, membuat tangan saya langsung menata makanan-makanan itu. Mengambil segala aksesoris yang ada di dalam kafe *sambil minta izin pastinya*, kembali menata dan memotret kaya orang kesurupan, hahaha.

Jadi kapan saya bisa motret makanan sendiri di rumaaah? kasihan kafe-kafe yang saya kunjungi dan saya acak-acak T_T.

Foto. Flo

Menata makanan orang di Wiki Coffee. (Foto. Flo)

[Food Photography] Gurame Goreng Tepung

Styling seadanya *lagi males mikir* hahaha. Ini judulnya gurame fillet goreng tepung. Awalnya mau dibuat saus asam manis, tapi karena kehabisan saus maka yang ada hanya ini :p. Awalnya mau difoto bareng badannya, tapi saya ga tega ngeliat daging terpisah dengan badan. Saya coba memahami perasaan sang rangka Gurame yang melihat dagingnya sendiri sudah terpotong-potong dan digoreng dengan tepung.

Jadi ini aja deh, sabtu Insya Allah saya tata dan foto lebih total lagi:

Gurame Goreng Tepung (Sony Nex 5N, 1/160, F 5, 18 mm, ISO 200)

Gurame Goreng Tepung (Sony Nex 5N, 1/160, F 5, 18 mm, ISO 200)

[Food Photography] Resep Sayuran

Naaah, ketemu makanan berkuah lagi. Ceritanya, hari ini saya dititahkan untuk masak Sop untuk para keponakan. Dong2nya, saya lupa untuk nge-blanching sayuran, salah urutan masukkin sayur, alih-alih kentang masuk lebih dulu, malah wortel nyemplung duluan. Hingganya, wortel, dan buncis menjadi terlalu layu dan tidak segar warnanya.

#TIPS

Memotret makanan dengan bahan dasar sayur.

Siapkan terlebih dahulu kuah/bumbu. Blanching sayuran. Apa itu blanching? merebus sayur sejenak, dari mulai air mendidih hingga mendidih kedua, jangan lupa menaburkan garam, setelah didihan kedua tiriskan sayuran, siram dengan air dingin hingga proses pemasakan terhenti.

Apa fungsi Blanching? seinget saya waktu dulu kuliah di tata boga *penekanan jati diri*, fungsi blanching adalah untuk membunuh bakteri, mengurangi “langu” sayuran, memunculkan warna cerah sayuran, mengurai zat gizinya agar mudah dicerna, dan mengunci zat gizi agar tidak hilang karena pemanasan berlebih.

Selanjutnya, tumis sejenak sayuran (jika sayuran bertumis). Kalo sayuran berkuah, baiknya tata terlebih dahulu sayuran di atas piring/mangkuk sebelum disiram oleh kuah.

Siram perlahan kuah ke dalam mangkuk

Siram perlahan kuah ke dalam mangkuk

—–

Nah ini dia sop gagal total 😀 *remediaaaaal*

Monggo diberi masukkan. (f 2.8 1/800 ISO 100 available light dari Gusti Allah, Auto WB, tanpa reflector)

Monggo diberi masukkan. (Sony Nex-5N 30mm f 2.8 1/800 ISO 100 available light dari Gusti Allah, Auto WB, tanpa reflector)

Behind the scene, don't try this at home :p

Behind the scene, don’t try this at home :p

[Food Photography] Food Presentation

Chef melakukan plating untuk sebuah food presentation yang indah | Sumber: Google

Chef melakukan plating untuk sebuah food presentation yang indah (chef’a ganteng cyiin)  | Sumber: Google

Hal terpenting dalam dunia Food Photography adalah, bagaimana kita menghasilkan gambar yang membuat orang lain “ngeces”, lapar, dan ingin memakan makanan dalam gambar. Nah, untuk mendapatkan gambar yang seperti itu, kita tidak hanya berbicara tentang teknik memotret namun juga teknik membuat Food Presentation dan Styling yang tepat.

Food Presentation

Bandingkan foto ini:

Cilok Goreng | Sumber: Google

dengan foto ini:

Cilok Goreng | Foto: Hesty Ambarwati

Cilok Goreng | Foto: Hesty Ambarwati

Mana foto yang lebih menarik mata dan perut? *dan penonton menjawab, “tidak keduanyaaaa” *asah golok* :p*

Menurut saya, sebagus apapun teknik memotret kita, tanpa diimbangi dengan food presentation yang baik sama aja bohong. Begini intinya, foto makanan yang cantik hanya akan muncul dari bentuk makanan dan penataan yang cantik. Ga mungkin dong ayam goreng gosong dengan penataan seadanya berubah jadi cantik saat difoto? kecuali photoshop super canggih bisa membuat ayam goreng gosong menjadi berwarna keemasan dengan penataan yang ciamik.

Makhluk seperti apa Food Presentation itu? coba saya ingat-ingat pelajaran jaman  kuliah dulu ya….

Food Presentation adalah seni menata, mendekor, meng-garnish makanan/minuman sehingga memiliki tampilan yang estetis. Dan kegiatan menata makanan di atas piring agar menjadi kesatuan yang indah disebut dengan plating.

Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh Chef. Nah, karena kita motret ala rumahan, ya anggap saja tugas membuat Food Presentation ada ditangan kita. So, saatnya kita belajar tentang teknik mengatur, menata, mendekor, meng-garnish makanan/minuman yes.

Food Presentation Tips | Sumber: Google

Food Presentation Tips | Sumber: Google

Silahken dilihat acuan Food Presentation di atas. Acuan tersebut biasanya digunakan untuk makanan barat. So, saran saya sih, bebaslah berkreasi :). Hayati, rasakan, dan mendekorlah di atas piring.

Ok, ini beberapa Food Presentation yang berhasil saya abadikan saat mengikuti table manner di Hotel Papandayan – Bandung:

Appetizer, Fruit Salad | Foto: Hesty Ambarwati

Appetizer, Fruit Salad | Foto: Hesty Ambarwati

Bisa aja kan Salad buah ini ga usah sebegitunya ditata? tapi ya tadi, sebelum mulut merasakan nikmatnya makanan tersebut, mata harus terlebih dulu dimanjakan dengan tampilannya yang cantik.

 

Soup, Cream Soup | Foto: Hesty Ambarwati

Soup, Cream Soup | Foto: Hesty Ambarwati

Bisa saja Cream Soup ini ditaruh di atas mangkok bakso cap ayam jago. Tapi apakah menjadi indah? penggunaan alat makan pun berpengaruh terhadap cantik/tidaknya makanan saat melalui proses plating.

 

Main Course, Beef Steak With Barbeque Sauce | Foto: Hesty Ambarwati

Main Course, Beef Steak With Barbeque Sauce | Foto: Hesty Ambarwati

Coba bandingkan dengan Food Presentation berikut:

Sumber: Google

Mana Food Presentation yang lebih cantik dan menggugah selera?

 

Dessert, Pudding | Foto: Hesty Ambarwati

Dessert, Pudding | Foto: Hesty Ambarwati

Tetesan sausnya, garnishnya indah kan? inilah serunya plating :D.

So, tugas pertama kita sebagai food photographer rumahan adalah: bersahabatlah dengan makanan, posisikan mereka sebagai karya seni yang pantas diletakkan di atas “kanvas”, ditata, dilukis dengan indah.

Wallahua’lam, monggo yang mau menambahkan dan diskusi tentang Food Presentation

[Food Photography] Makanan Berkuah

Klo ngobrolin Food Photography, kita ga hanya ngobrol tentang teknik motret tapi juga styling. Styling apa? ya tentu saja styling makanan. Untuk pemotretan profesional setingkat majalah biasanya fotografer dibantu oleh food stylist untuk menata makanan sedemikian rupa hingga cantik untuk difoto. Nah, karena saya adalah fotografer abal-abal yang melakukannya hanya di rumah, so saya coba styling semuanya sendiri.

Menu kali ini adalah Rawon (akhirnya setelah ngidam rawon sekian lama, kesampaian juga). Rawon termasuk makanan berkuah, so butuh cara tertentu untuk membuat foto tetap cantik. Maksudnya, isi makanan tidak tenggelam oleh kuah. Berikut cara bar-bar saya:

1. Buat konsep, tentukan property,  dan layout

Atur tata letak

Atur tata letak

2. Pisahkan isi dan kuah + pelengkap jika ada. Kalo di Rawon, pelengkap adalah Tauge dan Daun Bawang.

Masukkan isi. Uji coba angle dan komposisi

Masukkan isi. Uji coba angle dan komposisi

3. Uji coba komposisi dan angle. Cari angle dan komposisi yang sesuai dan enak dilihat

3. Masukkan kuah ke dalam mangkuk secara perlahan. Secukupnya saja, jangan sampai isi tertutup oleh kuah.

4. Tata bahan pelengkap sedemikian rupa

5. Lakukan pemotretan

Rawon dengan berbagai angle (30 mm, 1/160, f 4.5, ISO 100, AWB, 12.16, natural light without reflector)

Rawon dengan berbagai angle (30 mm, 1/160, f 4.5, ISO 100, AWB, 12.16, natural light without reflector)

 

Majalah Online Rasa Indonesia

Alhamdulillah, dapet lagi referensi tentang food photography dari sini. Terharu, ternyata mas Yulim Wicak salah satu fotografer disana adalah member dari komunitas tOekang poto. Setelah dilihat-lihat, ada nama-nama yang saya nggak asing lagi, beliau adalah mba Arfi Binsted dan mba Tika Hapsari Nilmada. Mereka adalah baker, fotografer dan blogger, lengkap sudah.

Untuk teman-teman yang mau belajar lebih tentang food photography, majalah ini pas banget deh. Penjelasan tentang teknik-teknik dasar food photohgraphy dibahas mendalam ditiap edisinya. Bahasan yang sudah dibahas adalah: komposisi, simplicity food photography, lighting food photography, low light food photography. Ga hanya pembahasan tentang food photography kok, ada juga kolom yang membahas tentang resep dan jajanan kuliner. Yang paling seru adalah, pembaca juga boleh mengirimkan foto makanannya sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan majalah online ini.

Sukses teruuuus.

[Food Photography] Affogato

Kembali lagi…saya mau mengutuki foto Affogato saya ini. Hah, tau kan Affogato? minuman  berbahan dasar es krim + espresso. Apa yang unik dari minuman ini saat difoto? tetesan espresso di atas dinginnya es krim.

Saat melihat grinder manual nan lucu, meja kayu dengan taplak orange, croissant,biji kopi dan secangkir Affogato, saya ingin memasukkan semuanya ke dalam satu frame. Setelah tertata rapi, saya kepikiran untuk mengambil foto Affogato yang ditetesi oleh hot espresso. Jadilah seperti ini:

Affogato

Affogato

POI yang bercabang, BG terlalu ramai, French press yang menumpuk dengan piring Croissant, bentuk es krim yang ga cantik lagi, dan penggunaan cangkir yang kurang tepat T_T. Ingin rasanya remedial lagi.

Dan foto ini lebih cantik:

Sumber: Google

Ngaleeut Cikopi

Ngaleeut Time

Ngaleeut Time

Bagi saya ritual minum kopi bukan sekedar rutinitas tanpa makna. Bukan sekedar memuaskan “life style” nongkrong manis di coffee shop biar dianggap gaul. Ga addict juga sih, saya masih bisa berpikir normal walaupun tak membuka pagi dengan secangkir kopi. Bagi saya, ritual minum kopi adalah ritual memaknai dan menghayati proses panjang menuju  keindahan. Ada proses panjang untuk menikmati secangkir kopi, dari mulai tanah tempat ia ditanam, bagaimana ia diperlakukan, bagaimana ia dipetik, dijemur, dibakar, digiling, hingga diseduh.

Dari dulu, judulnya saya ngidam untuk masuk ke lingkaran manusia yang menikmati kopi sebagai sebuah proses. Dan tadda, hari ini (09/05/13) saya bertemu dengan mereka. Sebenernya 3 makhluk adalah pemain lama (Mplo, kang Yudha, dan Kang Sandro) sedangkan 1 orang lainnya adalah makhluk yang saya juga bingung kenapa kami bisa rame mention2an di twitter ngobrolin kopi. Beliau adalah Kang Aat, makhluk yang saya pikir fiktif namun ternyata tercatat sebagai penghuni bumi yang resmi.

Agenda cupping yang serba dadakan. Bertempat di markas manusia-manusia homeless (baca: rumah kang Yudha). Ga jelas agendanya apa, yang kami tahu hari ini akan terjadi perhelatan akbar, dan cupping2 cantik. Masing-masing kami berinisiatif membawa kopi favorit dan alat seduh tercinta. Dan terkumpullah: biji kopi Papua Arabika, Lintong Arabika, Exelcso Robusta, Aroma Arabika, Javaco Melange, Javaco Arabika, Malabar Arabika, daaaan Kenya Arabika. Disudut kanan, sudutnya alat-alat menyeduh: ada Pour over dari merk Hario dan Felicity lengkap dengan kertas seduhnya. Ada teko. Ada French Press. Ada timbangan digital. Ada sendok takar khusus kopi. Ada Grinder. Niat banget kan? hah serepot inikah untuk menikmati secangkir kopi?.

Alat Tempur

Alat Tempur

Kang Aat yang akan memandu perjumpaan kali ini. Beliau menawarkan Lintong Arabika untuk diseduh pertama kali menggunakan Pour Over. Lintong Arabika masih berwujud biji segar. Asli rempong tapi seru deh. Satu orang bertugas memanaskan air mineral (untuk mengontrol rasa kopi). Saat air hampir mendidih, biji kopi langsung di grinding sedikit halus. Aroma kopi yang baru saja selesai di grinding itu indah. Aroma saat air panas pertama kali menyentuh bubuk kopi juga indah. Aroma saat kopi sudah siap disajikan di atas gelas juga indah.

Seduhan pertama Papua Arabika di dalam French Press

Seduhan pertama Papua Arabika di dalam French Press

Seduhan kedua, saatnya ekstraksi, nikmati aromanya

Seduhan kedua, saatnya ekstraksi, nikmati aromanya

Secangkir Kopi Papua Arabika :)

Secangkir Kopi Papua Arabika 🙂

Selanjutnya? ritual cupping dimulai. Klo selama ini saya selalu menikmati secangkir coffee latte, kopi susu atau kopi dengan gula merah. Hari ini saya harus menyeruput kopi hitam tanpa tambahan apapun. Benar-benar kopi murni, aroma murni, dan rasa yang murni. Masing-masing kami menyeruput sesendok kopi yang telah diseduh dan mendeskripsikan rasanya. Ritual yang seru banget. Setiap jenis kopi diseduh, diseruput, dan dideskripsikan rasanya. Untuk orang-orang canggih sejenis Kang Sandro dan Kang Aat, mereka sudah mampu memetakan rasa, kemudian membayangkan campuran kopi apa saja, dengan takaran seperti apa yang pas untuk menghasilkan kopi blend yang nikmat. Huffft, klo saya sih baru mampu membedakan rasa Arabika dan Robusta. Mendeskripsikan bedanya. Malabar Arabika dan Kenya Arabika, Malabar asamnya “cleb”, dan Kenya Arabika memiliki asam yang “drrrrzzzttt”. Ngerti ga? saya juga ga ngerti :p, cobain sendiri deh.

Kang Aat menyontohkan metode nyeruput yang benar. Rasa pertama yang muncul adalah rasa yang harus dideskripsikan

Kang Aat menyontohkan metode nyeruput yang benar. Rasa pertama yang muncul adalah rasa yang harus dideskripsikan

Judulnya Cupping dilakukan juga oleh Kang Sandro dan Kang Yudha

Judulnya Cupping dilakukan juga oleh Kang Sandro dan Kang Yudha

Aaaa, pengalaman yang menyenangkan. Menggelitik saya untuk mencicipi lebih banyak lagi biji kopi, menyeruputnya dan mendeskripsikannya. Hingga akhirnya saya mampu membuat sendiri kopi blend yang nikmat :D. Senang berkenalan dengan kalian, semoga pertemuan-pertemuan sekte Ngaleeut ini dapat berlangsung rutin.

Lintong vs Papua, apa bedanya?

Lintong vs Papua, deskripsikan perbedaannya

Formula tadi:

1 gram kopi untuk 15 gram air. Itulah alasan kenapa timbangan digital ada dalam list peralatan kami :), selamat menikmati proses.