Chez Moka, Brewing Drinking & Discussing

“Niat pendirian Chez Moka ini memang untuk berbagi ilmu kok mba” kata Mas Ardi, salah satu Barista Chez Moka

chez moka-1-10b

Kang Sandro, teman saya yang memiliki kegilaan yang sama pada kopi, pernah merekomendasikan coffee shop Chez Moka untuk disambangi. Kami memiliki kesamaan dalam memandang ritual ngopi. Bukan sekedar untuk nongkrong, ataupun gaya-gayaan biar dibilang nge-hits dan gahol. Melainkan untuk mempelajari keunikan, dan karakter biji hitam ini. Maka, kami-pun memiliki kriteria tertentu untuk memilih coffee shopApa itu? coffee shop menyajikan specialty coffeedan yang paling penting: memiliki Barista yang siap berbagi ilmu tentang kopi kepada para konsumennya.

Dan inilah saya, duduk manis di Chez Moka bersama dengan 3 orang teman saya (Flo, Kang Sandro dan Kang Aat). Coffee Shop yang baru berusia 4 bulan (klo ga salah) ini, beralamat di Sawunggaling no.2 Bandung, dekat dengan UNISBA. Sang owner bernama Kang Cipi.

chez moka-1-7a

Ruangannya tidak terlalu luas. Hanya ada 4 meja kecil dan satu meja panjang khas mini bar tepat berhadapan dengan coffee bar. Meja panjang ini memungkinkan kita menikmati kepiawaian sang barista dalam menyajikan secangkir kopi dan memungkinkan konsumen berinteraksi serta berdiskusi dengan sang barista tentang kopi yang dipesannya. Sementara ini, cuma Chez Moka yang mengizinkan konsumen bebas meracik kopinya sendiri, seperti di dapur pribadi. Untuk orang baru kaya saya, niscaya bingung membedakan mana Barista legal, mana Barista ilegal :p. No Problemo, ga mengganggu kok, justru seru abis.

Eksperimen, nyeduh kopi Java Preanger yang disangrai sendiri oleh Kang Sandro

Eksperimen, nyeduh kopi Java Preanger yang disangrai sendiri oleh Kang Sandro

Kang Acek menyiapkan kopi

Kang Acek menyiapkan kopi

Tetesan crema yang cantik dari campuran 4 kopi arabika

Tetesan crema yang cantik dari campuran 4 kopi arabika

Seperti biasa, saya memesan cafe latte. Sambil jeprat-jepret, saya menikmati bunyi grinder saat menggiling biji kopi. Menikmati aroma kopi yang muncul saat digiling. Menikmati bunyi mesin espresso. Menikmati tetesan crema dalam secangkir espresso. Menikmati suara susu yang difrothing. Dan menikmati kepiawaian barista dalam membuat latte art. Tadda, secangkir cafe latte indah siap dinikmati dan dihayati. [FYI] Caffe latte yang saya nikmati ini full arabika loh (jarang2). Campuran dari Arabika Papua, Mandheling, Toraja dan Enrekang. Unik, rasa asam yang kaya tapi tetap ada rasa pahit yang tak bersisa. Nyum.

chez moka-1-4a

Secangkir Cafe Latte seharga Rp 20K

Flo, ga mau kalah. Kang Acek (barista Chez Moka, 3 tahun menggeluti dunia kopi) mendatangi kami, dan mengusulkan untuk memesan menu Black Hole. Black hole, minuman dengan tiga lapis. Simple syrup + es, perasan Lime, dan one shoot espresso. Tak lama, secangkir Black Hole dataaaang. Kang Acek tak segan duduk bersama kami, sambil menjelaskan bagaimana cara menikmati salah satu minuman yang bertuliskan “Barista Signature” ini.

Black Hole. Bassic espresso, perasan jeruk lemon, simple syrup, dan es

Black Hole. Bassic espresso, perasan jeruk lemon, simple syrup, dan es. Harga Rp 18K

“Minum setengah dulu, sisain setengah espressonya dan simple syrupnya. Baru setelahnya minum habis semuanya”

Flo meng-aamiini. Glek pertama dan glek kedua, diiringi muka dia yang lebay ga karuan sambil teriak “Aaaak, kang rasanya unik bangeetttt, ada dua sensasi rasa. Pahit, asam segar khas Lime. Setelahnya dibilas sama rasa pahit, asam segar, dan manis dingin dari simple syrup”.

Ternyataaa, Black Hole ini murni racikan Kang Acek sendiri, saat mengikuti IBC (Indonesian Barista Competition) 2013 lalu. Konon, beliau terinspirasi dengan sensasi rasa asam khas Bali Arabika. Lewat uji coba panjang, akhirnya ramuan ini tercipta juga dengan komposisi rasa yang unik (sempet nyicipin sisanya :p ).

Sambil terus menikmati kopi, kami bercerita ngalor ngidul tentang kopi. Berdiskusi tentang segala pengalaman Kang Acek selama menjelajahi dunia perkopian. Mendapati fakta-fakta menarik yang bikin saya makin kagum sama biji hitam ini. Bayangin ya, untuk jenis kopi Java Arabika aja kita akan mendapati rasa yang berbeda di setiap daerahnya. Kopi Garut yang rasanya khas nangka, Java Preanger yang asam-asam gimana gitu dan menyisakan manis yang unik di lidah setelah meminumnya, kopi Cibubur, Lembang, Pangalengan, Malabar dan banyaaaak lagi. Setiap daerah punya rasanya sendiri. Beda ketinggian beda rasa, beda tanah beda rasa, beda air tanah beda rasa, beda penanganan beda rasa, beda lama penjemuran beda rasa, beda lama roastingan beda rasa. Jadi kata siapa kopi cuma punya rasa PAHIT? :p

Secangkir Affogato, yang selalu gagal saya foto

Secangkir Affogato, yang selalu gagal saya foto. Harga Rp 25K

Apalagi yang seru dari Chez Moka? 

“Niat pendirian Chez Moka ini memang untuk berbagi ilmu kok mba” kata Mas Ardi, salah satu Barista disana. Niat inilah yang [mungkin] membuat mereka tak segan berbagi ilmu dan berbagi kopi gratisan :p. Bukan kopi milik perusahaannya, tapi kopi milik pribadi sang barista. Mereka menawarkan pada konsumen untuk menikmati kopi milik sang barista  secara cuma-cuma. Saya termasuk yang beruntung, sempat mencicipi uniknya Kopi Garut yang dibawa oleh Mas Ardi, tentu saja secara cuma-cuma :D.

So, klo kamu pengen tau lebih dalam tentang kopi atau pengen nyeduh kopi sendiri berasa di dapur rumah sendiri. Datang ke Chez Moka ya 🙂