Setangkup Rindu dari Joga 2

Tragedi Membawa Berkah

Pagi di Siung Beach, para toekang poto berkejaran dengan jingga dan bulan yang masih muncul di langit

Pagi di Siung Beach, para toekang poto berkejaran dengan jingga dan bulan yang masih muncul di langit

Masih di Siung Beach pemirsa. Pagi hari di 29 Maret pukul 05.30. Harapan untuk melihat dan memotret sunrise masih ada dalam hati toekangpoto-wan dan toekangpoto-wati. Siung Beach memiliki karang yang besar-besar, ombaknya sebesar karangnya. Pagi ini air laut masih surut. Langit sedikit mendung, namun warna jingga dari matahari yang malu-malu muncul ikut hadir di langit pagi itu. Puluhan toekangpoto sudah siap dengan peralatan tempurnya masing-masing. Berpencar mereka di sekeliling pantai, sibuk mencari spot yang sesuai dengan imaji.

Siung Beach, landscape gagal paham

Siung Beach, landscape gagal paham

Temanya masih landscape. Memotret deburan ombak yang memecah karang masih menjadi tema favorite mereka. Namuun, berbekal kekecewaan saya karena selalu gagal motret landscape dengan teknik slow speed, membuat saya beralih kepada jati diri saya  sebenarnya: Human Interest (Alesaaaaan). Aktivitas yang paling mungkin untuk difoto adalah: Aktifitas Nelayan Pantai Siung. Perahu nelayan berjejer menghadap laut dengan ombaknya yang super besar. Nelayan bersiap-siap pergi melaut. Situasi ini menjadi indah untuk diabadikan. Sayangnya saya (lagi2) tidak melakukan riset mendalam tentang nelayan pantai Siung. Padahal kan lumayan untuk latihan bikin essai foto.

Ini kali pertama saya memotret kegiatan nelayan. Agak khawatir sebetulnya, mengingat air laut bukan sahabat yang baik untuk kamera. Apalagi saat itu air laut mulai pasang, dan ombak sedang besar-besarnya. Satu frame yang ingin saya dapatkan: memotret ekspresi nelayan saat mendorong perahu ke laut. Itu artinya, saya harus nyemplung ke air, dengan posisi low angle dan kita ga pernah tahu, sebesar apa ombak di belakang kita. Dan, tadda…ombak besar benar-benar datang, alhamdulillah tangan saya sontak naik ke atas mengamankan kamera, tak sadar air sudah sepinggang -___-.

Nelayan siap-siap melaut

Nelayan siap-siap melaut

Nelayan mendorong perahu mendekati pantai

Nelayan mendorong perahu mendekati pantai

Menunggu ombak agar siap diarungi

Menunggu ombak agar siap diarungi

Siap berlayar

Siap berlayar

Karena kondisi yang sudah tak memungkinkan, saya sudahi saja pencarian hari itu. Sesaat berbincang-bincang dengan teman-teman lainnya, saling foto, dan melakukan kegiatan mubah lainnya. Tiba-tiba dari kejauhan Mas Wahyudi lari membawa Canon 5D Mark 2 dalam keadaan basah kuyup. “Ada Korban”. Kaget, muka saya udah kaya di sinteron, yang dapet efek zoom in zoom out.

Kang Dudi, suhu foto kita yang ternyata mendapat musibah. Tersebor ombak saat memotret ombak. Beralasan, saat mata fokus memandang gambar melalui view finder, kita menjadi tidak awas pada kondisi sekitar. Setidaknya Canon 5D Mark 2, Nikon D7000, Fuji Film Mirrorless, memori, uang, hardisk eksternal, lensa termos, lensa 35 mm harus ikut mandi bersama air laut. Belum lagi Kang Dudi yang mengalami luka di lengan. Ga kebayang, se-epic apa kondisi saat itu.

Kang Dudi dan Kang Jali basah kuyup pasca tersiram ombak

Kang Dudi dan Kang Jali basah kuyup pasca tersiram ombak (Foto: Achmad Komaruddin)

Mas Wahyudi lari dari kejaran ombak (Foto: Muhammad Hilal)

Mas Wahyudi lari dari kejaran ombak (Foto: Muhammad Hilal)

Alhamdulillahnya, manusia yang hadir hari itu adalah orang-orang yang sudah berpengalaman di dunia fotografi. Pertolongan Pertama pada Kamera Kecemplung (Air Laut) pun dilakukan dengan sigap, begini caranya:

1. Lepas Batere dan memori

2. Tanpa melepas lensa, siram kamera dengan air tawar bersih. Pastikan air laut ternetralkan dengan baik. Air laut yang dibiarkan akan menyebabkan korosi.

3. Keringkan kamera dengan tisu

4. Lepas strap dan jemur

5. Dengan menggunakan blower, semprot sisi-sisi kamera yang memungkinkan air masuk ke dalam body. Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan air.

5. Jemur atau angin-anginkan kamera anda

6. Bawa segera kamera ke tempat service terdekat. Inget, setelah melakukan tindakan di atas, jangan gunakan kamera untuk memotret, apalagi melempar.

Onggokan kamera basah

Onggokan kamera basah

Yang lain menggantung kamera

Yang lain menggantung kamera

Yah, setidaknya melalui musibah ini, kami mendapatkan satu pelajaran tentang P3K. Usai membantu membersihkan kamera dan ikut mengeringkan flashdisk, memori dan hardisk eksternal. Kami semua berinisiatif untuk berfoto bersama di bibir pantai.

Masing-masing TP-wan/wati meletakkan senjatanya

Masing-masing TP-wan/wati meletakkan senjatanya (Foto: Hasna Puri Handayani)

Berfoto bersama, detik-detik sebelum tragedi Siung (Foto: Ihsanudin Mahfud)

Berfoto bersama, detik-detik sebelum tragedi Siung (Foto: Ihsanudin Mahfud)

Spanduk Milad 2 digelar, kamera dijejerkan. Jamaah Nikoniah di sisi kiri, jamaah Canoniah di sisi kanan, sedangkan Olympus dan Sony Alpha di tengah-tengah.  Tak lupa, 3 kamera Kang  Dudi di depan spanduk. Kamera diarahkan, pantai sebagai backgroundnya. Jeprat jepret gabungan dilakukan dari gaya manusia sampai gaya absurd. Kemudian sesi foto-foto dilanjutkan oleh golongan akhwat. Baru beberapa kali gaya, tiba-tiba suara riuh berteriak “Ombaaaaaaak”. Tanpa menengok  ke belakang, tanpa tahu menyelamatkan kamera siapa, saya langsung mengambil kamera yang bisa diambil. Sambil lari ke depan, melihat akhwat lainnya yang chaos jatuh karena ingin menyelamatkan kamera siapapun. Yang terdengar dan terlihat hanya teriakan “Astaghfirullah, Allahu Akbar” dan muka Pak Imam yang shock. Air ternyata sudah menyentuh spanduk tempat kamera kami diletakkan. Ya, setidaknya 7 kamera tidak berhasil diangkat, ikut berenang bersama air laut. Termasuk Olympus E-510, kamera legendaris saya di dalamnya. Klo di buat headline berita mungkin begini bunyinya: “Puluhan Kamera Tergulung Ombak”. Sayang ga ada yang mengabadikan tragedi ini, klo masuk youtube mungkin On The Spot tertarik memasukkan video ini ke acaranya dengan judul “10 Kejadian yang sangat tidak dianjurkan” (Meletakkan kamera di bibir pantai. red)

Bagi saya ini sesi praktek secara langsung Pertolongan Pertama Pada Kamera Kecemplung (air laut).  Horor sebenernya lihat kamera sendiri dengan biadabnya disebor air tawar. Tapi apa daya :p. Alhamdulillah banyak yang membantu. Walaupun wajah shock bercampur sedih (hampa) terlihat jelas di wajah teman-teman (khususnya yang kameranya menjadi korban), namun senyum, tawa dan sedikit canda masih keluar dari mulut kami. “Ah, ini tanda-tanda dapet kamera baru..Insya Allah yang terbaik, namanya juga musibah :)” kurang lebih kalimat itu yang selalu keluar. Tak ada cela menyalahkan seseorang atau bahkan menyalahkan Allah yang menciptakan ombak. Semua diterima dengan hati lapang, dan hal yang paling penting adalah kami sadari ada pelajaran dan hikmah berharga dibalik kejadian ini.

Sempat kepikiran sih, apa Allah negur saya yang rada sombong ya…merasa tau mengatasi ombak, hingga lupa bahwa Allah bisa melakukan apapun. Insya Allah dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Saya yakin ukhuwah ini akan semakin erat. Setidaknya, untuk terus bertanya kabar “Gimana kabar kamera saya paaaak?” :p

Kang Dudi pasca kamera tenggelam: "Ga ada kamera, kompas pun jadi" :p

Kang Dudi pasca kamera tenggelam: “Ga ada kamera, kompas pun jadi” :p

Bersambuuuunggg…. Pantai Timang, Kota Gede, Merapi dan Kuliner 😀